Psychatter

Psychatter

chatting for better understanding

2-Minute Read

Alat Tes WNV

Diagnostik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari profesi saya sebagai psikolog di Daycare untuk remaja berkebutuhan khusus. Secara formal tes inteligensi adalah salah satu syarat untuk mengajukan keringanan biaya pengasuhan di Daycare tempat saya bekerja. Bila klien secara obyektif melalui tes terbukti memiliki disabilitas inteligensi, maka sebagian besar biaya pengasuhan di Daycare akan ditanggung oleh pemerintah negara bagian. Hal ini tentu saja akan memberi keringanan finansial untuk keluarga. Di samping itu tes inteligensi juga dapat menggambarkan kemampuan sekaligus kebutuhan klien. Gambaran ini nantinya dapat menjadi acuan penanganan melalui terapi individual, terapi kelompok, atau keseharian klien di kelompoknya di Daycare.

Terdapat beberapa alat tes inteligensi yang tersedia di tempat saya bekerja, yang terbaru adalah Wechsler Nonverbal Scale of Ability atau biasa disingkat menjadi WNV. Tes ini telah diadaptasi untuk penggunaan di Jerman dan ditujukan untuk individu berusia 4 tahun 0 bulan hingga 21 tahun 11 bulan. Sesuai dengan namanya, administrasi tes ini lebih banyak dilakukan melalui instruksi nonverbal melalui gambar dan klien dapat merespon pertanyaan dalam tes dengan hanya menunjuk pada jawaban yang benar atau mengatur gambar sesuai instruksi. Dengan begitu tes ini sesuai untuk digunakan misalnya pada klien yang berkomunikasi secara nonverbal (misalnya tuli atau autisme nonverbal), klien yang tidak menguasai bahasa Jerman, selain dapat digunakan pula untuk klien secara umum. Dengan hanya 4 subtes untuk versi lengkap dan 2 subtes untuk versi singkat, WNV dapat diadministrasikan dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan tes klasik Wechsler pendahulunya, seperti WPPSI, WISC, atau WAIS. Hal ini memberi keuntungan untuk klien yang sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama.

Pengukuran inteligensi secara nonverbal merupakan salah satu kemajuan dalam diagnostik psikologi. Sebelumnya tersedia tes inteligensi yang bebas budaya seperti Culture Fair Intelligence Test (CFIT) atau Progressive Matrices. Sayangnya tes-tes ini kurang dapat menggambarkan aspek lain dari inteligensi seperti working memory atau kemampuan membaca situasi sosial. Sementara itu tes inteligensi lainnya seperti tes klasik Wechsler atau Stanford-Binet membutuhkan waktu administrasi yang lama, klien harus mengerti instruksi verbal untuk dapat mengerjakan tes dengan tepat, klien harus dapat berkomunikasi secara verbal untuk memberi jawaban, serta sangat terkait dengan pengalaman individu di sekolah, misalnya membaca, berhitung, menulis, atau pengetahuan umum. Dalam konteks klinis atau pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat memberatkan klien dan membuka peluang bias dalam pengukuran inteligensi.

Recent Posts