Psychatter

Psychatter

chatting for better understanding

3-Minute Read

Bücher

Bahasa Jerman adalah satu-satunya bahasa yang saya pelajari demi bertahan hidup. Bukan karena kewajiban, seperti belajar bahasa Inggris di sekolah. Bukan untuk mengisi waktu luang, sebagaimana dulu saya tidak punya kegiatan di akhir pekan dan akhirnya memutuskan untuk belajar bahasa Prancis. Sejak memutuskan untuk menikah dan mengikuti (calon) suami tinggal di Jerman, saya sadar bahwa akan sulit untuk bekerja dan bersosialisasi di negara baru tanpa menguasai bahasa lokal. Petualangan belajar bahasa Jerman pun dimulai.

Perjalanan belajar bahasa Jerman dimulai di Jakarta, tepatnya di Goethe Institut. Awalnya saya mengikuti kursus satu minggu sekali. Dua bulan menjelang keberangkatan ke Jerman, saya mengundurkan diri dari pekerjaan dan mengikuti kursus intensif setiap hari kerja. Bahasa Jerman saat itu seperti teka-teki bagi saya: banyak peraturan tapi juga banyak pengecualian. Dengan (calon) suami saya berkomunikasi dengan bahasa Inggris sehingga bahasa Jerman belum memiliki fungsi khusus dalam kehidupan saya sehari-hari.

Saya pun berangkat ke Jerman dengan mengantongi sertifikat B1 dari Goethe Jakarta. Sesampainya di Munich saya menjalani tes masuk untuk mengikuti kursus tingkat B2 di Volkshochschule München. Ternyata dari hasil tes level bahasa saya hanya setara A2. Untungnya pewawancara di tes masuk memberi rekomendasi agar saya mengikuti kursus B1. Di samping kursus bahasa, saya juga „terpaksa“ menggunakan bahasa Jerman di rumah karena suami saya tidak lagi mau berbicara dalam bahasa Inggris dengan saya. Bila saya tidak mengerti apa yang dia katakan, suami saya akan menjelaskan dengan menggunakan kata-kata yang lebih sederhana. Ini merupakan salah satu sumber stres di awal merantau. Saya tinggal hanya bersama suami dan tidak punya teman yang tinggal di dekat saya.

Setelah sekitar setahun mengikuti kursus setiap hari, saya mencapai level C1.2. Artinya saya bisa memahami teks dan pembicaraan bahasa Jerman yang kompleks serta berbicara secara lancar dan spontan dalam bahasa Jerman. Setidaknya itu yang tertera hitam di atas putih di sertifikat. Sayangnya kehidupan nyata seperti biasa tidak sejalan dengan teori. Saya tetap kesulitan untuk berekspresi dalam bahasa Jerman, terutama dalam konteks yang bisa membuat stres, seperti pada saat wawancara kerja. Saya beruntung tidak terlalu lama menganggur dan menemukan pekerjaan yang mengharuskan saya selalu berkomunikasi dalam bahasa Jerman.

Sementara itu keluarga dan sebagian besar teman-teman suami berbicara dengan dialek Bairisch, yaitu dialek khas negara bagian Bavaria di selatan Jerman. Setiap kali ikut pertemuan keluarga atau kumpul-kumpul dengan teman suami, saya merasa kesulitan untuk mengobrol secara aktif karena saya tidak mengerti dialek mereka. Walaupun lama kelamaan saya terbiasa dan akhirnya banyak mengerti, awalnya sangat sulit untuk membaur dengan mereka. Di satu sisi, mereka memang sengaja berpindah modus bahasa Jerman resmi ketika berbicaradengan saya, namun saya merasa ada jarak emosional ketika mereka berbicara dengan bahasa resmi dibandingkan dengan mengobrol dengan dialek yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pembicaraan dengan bahasa Jerman resmi terasa lebih kaku dan tidak seluwes pembicaraan dengan dialek Bairisch.

Begitu pula dengan komunikasi di dalam pekerjaan. Saya bekerja dengan keluarga dan kolega dari berbagai latar belakang sosial ekonomi. Banyak kosa kata, idiom, atau gaya bahasa yang tidak pernah saya pelajari di kursus dan baru saya tahu dari interaksi langsung dengan mereka. Saya pun berusaha untuk menambah wawasan saya lewat menonton video yang sedang tren di YouTube Jerman, mendengarkan musik dari artis Jerman yang sedang naik daun, atau menonton berita yang sedang aktual di Jerman. Hingga kini saya masih menemui kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Jerman, namun saya belajar untuk lebih rileks dalam berkomunikasi. Pemahaman bahasa sangat terkait dengan pemahaman budaya dan memang butuh waktu untuk terbiasa dengan itu semua. Saya selalu mengingatkan diri untuk tidak membandingkan diri dengan penutur asli atau pembelajar bahasa yang sudah puluhan tahun berbicara bahasa Jerman. Selama saya berada di tengah masyarakat di Jerman, proses belajar ini tidak berhenti.

Recent Posts