Tahun baru umumnya disambut secara optimis. Pergantian tahun dipandang menjadi momen yang tepat untuk membuat perencanaan di tahun yang baru. Resolusi tahun baru bisa berupa harapan perubahan perilaku yang dianggap tidak menguntungkan, rencana untuk meneruskan kebiasaan yang membawa manfaat, atau target pengembangan diri lainnya. Sayangnya mengubah perilaku tidak semudah membalik telapak tangan sendiri. Tidak semua orang dapat konsisten memotivasi diri hingga bulan Desember untuk mencapai target yang dipasang pada bulan Januari.
Höchli, Brügger dan Messner (2019) melakukan satu studi eksperimental yang menarik terkait resolusi tahun baru. Teori goal-setting dari Locke dan Latham melandasi penelitian ini. Teori ini menyatakan bahwa formulasi target secara spesifik (subordinate goal) dapat mendorong performa individu yang lebih optimal dibandingkan formulasi target secara abstrak (superordinate goal). Beberapa studi pendahulu yang turut dilandasi oleh teori ini sayangnya tidak mengukur perubahan dalam jangka waktu lama, sementara resolusi tahun baru umumnya dirancang untuk dilakukan sepanjang tahun. Dengan formulasi target yang spesifik, memang bisa jadi individu mencapai target lebih cepat. Namun bila diukur dalam rentang waktu yang lebih lama, perilaku yang baru cenderung tidak bertahan dan invididu kembali melakukan kebiasaan lama setelah mendapat kepuasan dari hasil perubahan perilakunya.
Setelah direkrut melalui salah satu surat kabar di Swiss, partisipan penelitian Höchli et al. (2019) dibagi ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama berfokus hanya pada superordinate goal. Target individu di kelompok ini diformulasikan secara umum, misalnya „Saya ingin menjadi orang yang lebih baik“. Di samping itu juga ditanyakan alasan mengapa individu ingin mencapai target tersebut. Sebaliknya partisipan di kelompok kedua memasang target yang spesifik atau subordinate goal, misalnya „Saya ingin menurunkan berat badan sebanyak x kilogram dalam setahun“. Selain itu partisipan di kelompok kedua juga menuliskan bagaimana mereka akan mencapai target tersebut. Partisipan di kelompok ketiga menuliskan baik superordinate maupun subordinate goals mereka beserta alasan dan langkah konkritnya. Kelompok keempat adalah kelompok kontrol, yang hanya menuliskan resolusi tahun baru mereka tanpa diformulasi ke dalam target tertentu.
Hasil penelitian Höchli et al. (2019) menunjukkan bahwa partisipan di kelompok yang memformulasikan target perubahan perilaku dengan superordinate dan subordinate goals bertahan dengan perubahan perilaku mereka hingga 3 bulan setelah target direncanakan. Kelompok ini bertahan lebih lama dibandingkan dengan ketiga kelompok lainnya. Peneliti menyatakan hal ini dapat berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, pencapaian satu target dapat memfasilitasi target lainnya yang kemudian mendorong perilaku bertahan lebih lama. Misalnya subordinate goal mengurangi konsumsi gula dapat mempermudah pencapaian goal untuk melakukan olahraga seminggu dua kali, dan akhirnya superordinate goal untuk menjadi individu yang sehat, yang kemudian kembali mempengaruhi motivasi individu untuk berolahraga.
Alasan kedua adalah baik superordinate maupun subordinate goals memiliki fungsi masing-masing yang saling melengkapi bila diterapkan bersama-sama. Superordinate goal menjembatani kondisi saat ini dengan kondisi ideal yang diinginkan individu dan kemudian menjadi orientasi bagi individu. Subordinate goal memungkinkan individu untuk memonitor kemajuan dan mengevaluasi apa saja hal yang mendukung atau tidak mendukung pencapaian tujuan. Proses ini dapat memotivasi individu untuk konsisten dalam usaha mengubah perilaku.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam merancang resolusi tahun baru. Berikut adalah beberapa contohnya:
Resolusi | Superordinate Goals (dan alasannya) | Subordinate Goals (dan langkah praktisnya) |
---|---|---|
Menjaga kesehatan | Saya ingin mengurangi berat badan untuk menghindari penyakit. | - Di bulan Juli saya ingin memiliki berat badan kurang 3 kilogram dari berat badan di bulan Januari. - Saya joging di sekitar rumah selama 30 menit setiap Selasa dan Kamis. - Saya mengganti konsumsi nasi dengan kentang rebus di hari Senin hingga Jumat. |
Rajin menabung | Saya ingin memiliki tabungan untuk investasi. | - Saya langsung menabung 20% dari gaji bulanan ke rekening terpisah setiap kali gajian. - Saya mengikuti kelas investasi secara online di bulan Maret dan Agustus. - Saya membaca posting di forum pendidikan investasi setiap hari. |
Menikah | Saya akan melangsungkan pernikahan di bulan September dan membangun keluarga baru dengan pasangan saya. | - Saya membuat timeline perencanaan pesta pernikahan dengan pasangan saya. - Setiap hari Jumat saya dan pasangan tidak membahas pesta pernikahan kami agar kami punya waktu untuk rileks atau memikirkan hal lain selain pernikahan. |
Psychatter mengucapkan selamat tahun baru 2022. Semoga tahun yang baru membawa pengharapan dan kebaikan bagi kita semua.
Referensi: Höchli, B., Brügger, A. & Messner, C. (2019). Making new year‘s resolutions that stick: Exploring how superordinate and subordinate goals motivate goal pursuit, Applied Psychology: Health and Well-Being. DOI:10.1111/aphw.12172