Salah satu perubahan yang dialami anak selama masa pandemi adalah pergeseran tempat belajar: dari pembelajaran tatap muka secara langsung di ruang kelas ke pembelajaran jarak jauh melalui media dalam jaringan. Tidak hanya untuk belajar, media dalam jaringan juga menyediakan informasi dan hiburan bagi anak tanpa harus keluar dari rumah. Hal ini mendorong peningkatan penggunaan media digital pada anak, seperti smartphone, komputer, atau televisi.
Satu studi yang dilakukan pada tahun 2020 di Amerika Serikat1 memaparkan 62% orangtua dari remaja berusia 14-17 tahun menyatakan anak mereka menggunakan media elektronik lebih dari 4 jam per hari sejak permulaan pandemi. Secara umum, kini anak di bawah usia 13 tahun dan remaja di Amerika menggunakan media digital dua kali lebih lama dibandingkan sebelum pandemi. Penelitian lainnya yang dilakukan di 42 negara2 menjabarkan beberapa alasan anak menggunakan media elektronik di luar waktu belajar. Sebanyak lebih dari 80% partisipan anak menyatakan mereka menggunakan media elektronik ketika merasa bosan, untuk terhubung dengan teman, dan mencari informasi di internet. Media elektronik juga digunakan partisipan untuk mengalihkan diri dari perasaan sepi, sedih, atau cemas. Penelitian pada anak prasekolah yang dilakukan sekelopok peneliti dari Universitas Indonesia dan dipublikasi di tahun 20213 menunjukkan media yang paling sering digunakan partisipan di Indonesia adalah smartphone, diikuti oleh televisi dan komputer.
Mendampingi anak di rumah menjadi satu tambahan tantangan bagi orangtua selama masa pandemi. Tidak semua orangtua memiliki kesempatan bekerja dari rumah. Bagi orangtua yang dapat bekerja dari rumah, juga tidak selalu mudah membagi waktu dan perhatian antara menyelesaikan pekerjaan di rumah sambil mendampingi anak. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Indonesia3 ditunjukkan bahwa hanya sekitar 40% orangtua mendampingi anak ketika menggunakan media elektronik, itupun hanya selama 50% dari waktu total penggunaan media. Di samping itu hanya 38% orangtua memiliki peraturan khusus untuk membatasi penggunaan media digital oleh anak di rumah.
Meningkatnya intensitas penggunaan media elektronik oleh anak dapat menimbulkan rasa prihatin pada orangtua, guru, maupun pemerhati anak. Sebelum pandemi, penggunaan media elektronik maupun media dalam jaringan dianggap kurang menguntungkan bagi perkembangan anak. Misalnya beberapa penelitian yang dikutip oleh peneliti dari Universitas Indonesia3 memaparkan penggunaan media elektronik oleh anak berkaitan dengan beberapa gangguan kesehatan, seperti sakit kepala, kurangnya kebugaran fisik dan kelelahan di siang hari. Di sisi lain penggunaan media elektronik sulit untuk dihindari selama pandemi karena proses belajar-mengajar berlangsung secara jarak jauh melalui media dalam jaringan serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk beraktivitas di luar rumah.
Satu tinjauan literatur oleh Kardefelt-Winther4 yang dipublikasikan sebelum pandemi, tepatnya pada Desember 2017, menunjukkan penggunaan media elektronik oleh anak tidak melulu negatif. Tinjauan literatur ini membandingkan banyak penelitian internasional tentang penggunaan media dalam jaringan oleh anak. Banyak penelitian yang ditinjau oleh Kardefelt-Winther menunjukkan teknologi digital dapat membantu anak membangun relasi sosial. Ditinjau dari segi kesehatan mental, ditemukan bahwa dalam kondisi ekstrim, yaitu sama sekali tidak menggunakan media elektronik atau justru sangat berlebihan menggunakan media digital dapat membawa dampak negatif pada kesehatan mental anak. Penggunaan secara berimbang dapat membawa dampak positif pada kondisi emosional anak. Kardefelt-Winther juga mengkritisi ide bahwa teknologi digital dapat mengubah otak anak. Berbagai penelitian pada otak anak tidak menunjukkan hal ini. Sebagaimana area perkembangan lainnya, otak anak berubah seiring pertambahan usia dan tidak dapat dikatakan secara konklusif bahwa penggunaan media digital mempengaruhi perubahan tersebut. Diperlukan lebih banyak studi yang dilakukan secara longitudinal untuk memahami hal ini.
Meningkatnya penggunaan media digital memang tidak dapat dihindari, sejak masa pandemi dan kemungkinan besar hingga nanti anak bertambah dewasa. Oleh karena itu penting bagi orangtua dan pemerhati anak untuk dari sekarang mendampingi dan mengajarkan anak menggunakan media tersebut secara bijak. Langkah pertama adalah menentukan media elektronik apa yang boleh digunakan anak. Hal ini bertujuan praktis, agar orangtua dapat lebih mudah memonitor aplikasi atau program apa yang sesuai dengan usia anak di dalamnya. Berbagai media elektronik juga menyediakan fitur penguncian aplikasi sehingga anak tidak dapat menggunakannya dalam durasi yang terlalu berlebihan. Durasi penggunaan media digital sebaiknya disepakati sebelumnya dengan anak. Bila orangtua dan anak berbagi media elektronik, misalnya smartphone untuk orangtua bekerja dan anak belajar, jadwal penggunaan dapat disepakati bersama.
Kedua, penting bagi anak untuk tetap memiliki ruang untuk tetap terhubung dengan teman-teman atau anggota keluarga lainnya, juga melalui media digital. Oleh karena itu penting untuk orangtua dan anak bersama membahas keterbatasan media digital dalam komunikasi dan menampilkan diri dibandingkan dengan interaksi secara langsung. Sejak usia 6 tahun sebagian besar anak sudah dapat membedakan imajinasi dan realita. Orangtua dapat membahas, misalnya bagaimana berbagai filter di media sosial memungkinkan individu untuk hanya menunjukkan sisi tertentu dari kepribadiannya, atau keterbatasan komunikasi tulisan dibandingkan langsung secara lisan. Di samping itu penting bagi anak untuk belajar bahwa anonimitas bukan menjadi alasan untuk dapat membagikan segala sesuatu di internet, termasuk menerima atau melakukan perundungan atau bullying.
Selanjutnya penting pula untuk memberi batasan kegiatan apa saja yang tidak bisa dilakukan bersamaan dengan penggunaan media digital. Misalnya pekerjaan rumah tidak dikerjakan sambil menonton televisi atau membuka media sosial di komputer. Otak manusia tidak dapat mengerjakan dua tugas secara optimal dan penting bagi anak untuk belajar berkonsentrasi melakukan tugasnya. Media elektronik juga sebaiknya dimatikan beberapa jam menjelang tidur, ketika makan, atau saat momen interaksi bersama dengan keluarga. Di sisi lain media elektronik juga dapat digunakan untuk mendukung anak tetap aktif di rumah, misalnya dengan memutar video latihan yoga atau mencoba memasak resep baru dari video di internet.
Terakhir, orangtua dan anak dapat membahas kegiatan apa yang bisa dilakukan tanpa media elektronik untuk mengusir rasa bosan atau mengalihkan diri dari perasaan sepi, sedih, atau cemas. Orangtua diharapkan dapat memberi contoh konkrit dalam hal ini, strategi apa saja yang orangtua lakukan bila berada dalam situasi yang sama. Melakukan proyek kegiatan kreatif seperti memainkan instrumen musik, menari, atau menggambar dapat menjadi pilihan.
-
Johnson, J. (2020). U.S. kids and teens with 4 hours screen time before and during COVID-19 pandemic 2020, Statista, https://www.statista.com/statistics/1189204/us-teens-children-screen-time-daily-coronavirus-before-during/#statisticContainer ↩︎
-
Götz, M., Mendel, C., Lemish, D., et al. (2020). Children, COVID-19 and the media: A study on the challenges children are facing in the 2020 Coronavirus crisis, Televizion, https://www.br-online.de/jugend/izi/english/publication/televizion/33_2020_E/Goetz_Mendel_Lemish-Children_COVID-19_and_the_media.pdf ↩︎
-
Susilowati, I. H., Nugraha, S., Alimoeso, S., et al. (2021). Screen time for preschool children: Learning from home during the COVID-19 pandemic, Global Pediatric Health, https://doi.org/10.1177/2333794X211017836 ↩︎
-
Kardefelt-Winther, D. (2017). How does the time children spend using digital technology impact their mental well-being, social relationships and physical activity? An evidence-focused literature review. UNICEF Innocenti Discussion Paper, https://www.unicef-irc.org/publications/pdf/Children-digital-technology-wellbeing.pdf ↩︎